skip to Main Content

Scale Up Bisnis Ikm Saat Pandemi? Mengapa Tidak?

alfiyan darojat

Staff Tata Usaha

Berdasarkan data dari BPS tahun 2018, bahwa populasi UMKM di Indonesia lebih dari 58,9 juta orang, artinya lebih dari 25% dari populasi adalah pelaku usaha. Selain itu terdapat data yang menarik, menurut SBA (Small Business Association) hanya 70% populasi usaha bertahan di dua tahun pertama, sedangkan 50% masih bisa bertahan pada tahun ke-5 dan 34% populasi saja yang bertahan pada tahun ke-10 dan hanya 25% yag mampu bertahan di tahun 15.

Sebelum membahas scale up, ada baiknya memahami terlebih dahulu definisi skala ekonomi. Sederhanya skala ekonomi merupakan kalkulasi/ perhitungan bisnis jika biaya per satuan unit produk/layanan turun saat output perusahaan bertambah besar. Kesimpulannya skala produksi bertambah sehingga biaya produksi barang/ jasa bisa turun. Maka bisnis yang mengalami proses ini dikatakan scalable.

Contoh kasus produksi sepatu sekolah, semaki banyak yang membeli dan semakin banyak yang memakai produk/ brand kita maka biaya satuan produksi semakin kecil.  Kasus lain, jika ada IKM memproduksi insole breathable yang belum ada di pasaran, maka harga per kodi/ per satuan bisa masih mahal. Karena kesadaran pelanggan terhadap sepatu yang nyaman semakin besar, maka penggunaan produk insole breathable semakin massif sehingga produksi semakin banyak. Maka produksi insole tersebut dikatakan scalable.

Namun memang tidak semua bisnis dapat di tingkatkan skala bisnis nya. Misalnya jasa pengacara, konsultan, mentor, dokter dan guru memang sulit untuk di scaling-up. Tapi tunggu dulu. Saat ini tidak ada yang tidak mungkin untuk di scale up, salah satu strateginya adalah kolaborasi. Lain kesempatan kita akan bahas isu ini.

Kembali ke pertanyaan bagaimana melakukan scale up saat pandemic? Mungkin kah?. Bisa pivoting saja untuk survive sdh bagus. Apalagi produk alas kaki bukan produk kebutuhan utama saat pandemi. Mari kita diskusikan sejanak.

Scale up adalah soal mind set, berbagai pikiran, sikap, emosi yang bersumber dari bagaimana cara pandang kita terhadap kehidupan itulah yang membedakan antara sukses dan gagal. Misalnya, semua orang tau kalau semakin banyak berlatih bulu tangkis maka keterampilan akan semakin terasah. Rumus itu semua orang sudah paham. Mind set bukan soal tahu atau tidak paham, tetapi soal apa yang kita pikirkan tentang bagaimana bersikap lebih baik dengan menggunakan pengetahuan lebih bijaksana. Jadi tidak peduli seberapa bagus bisnis anda, seberapa kuat modal kita dan sebarapa jitu strategi bisnis anda, satu hal yang menentukan akan jadi seperti apa hasilnya akhirnya adalah mindset.

Kembali menguatkan definisi scale up di atas, adalah bukan suatu proses perjalanan yang baik-baik saja, segalanya sesuai dengan rencana dan semua situasi bisa dikontrol. Respon pikiran kita saat menghadapai situasi seperti pandemi saat ini lah yang menentukan kesuksesan bisnis. Di saat pandemi ini semua orang sedang di uji respon pikirannya, termasuk brand lokal alas kaki bagaimana bisa bertahan ditengah situasi yang tidak menentu. Jadi modal utama kita saat ini adalah mind set yang tepat. Contoh kasus Anda mempunyai mobil dengan tenaga 300HP, kenceng, dengan teknologi keselamatan terkini,  dan efisien. Tapi kalau Anda masih mempunyai mind set bahwa ngebut itu membahayakan, maka Anda tidak akan ngebut meskipun anda mempunyai mobil lebih canggih lagi.

Bagaimana dengan bisnis alas kaki. Fakta di lapangan bahwa sebagian besar IKM adalah perusahaan “bonsai”. Respon pikiran pelaku usaha alas kaki masih banyak yang beranggapan bahwa bisnis nya masih terbatas sebagai kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga mind set bisnis hanya untuk bertahan dan memenuhi kebutuhan hidup sangat mempengaruhi respon pikiran bagaimana mengembangan bisnisnya. Ini menjadi tantangan terbesar pelaku industri alas kaki bagaimana bisa berkembang, tumbuh dan tidak terus menjadi “bonsai”.

Secara khusus, untuk terdapat syarat dasar bagaimana industri alas kaki melakukan proses scale up dengan sukses.
(1)    Dari sisi internal proses bisnis alas kaki yang sedang Anda bangun harus mempunyai skala ekonomi yang cukup. Bagaimana dengan IKM alas kaki? bagaimanapun setiap bisnis mempunyai keterbatasan untuk scale up, namun bukannya tidak mungkin dilakukan oleh setiap pelaku bisnis. Dengan modal utama ¬mind set, Anda harus belajar lagi bagaimana memahami proses bisnis lebih mendalam dari hanya sekedar jualan dan mengelola bisnis menjadi perusahaan yang membuat skala keekonomian.
(2)    Dari sisi ekternal, proses bisnis perusahaan harus mempunyai visi ke pasar yang lebih besar (baik secara value atau volume) sehingga masih bisa terus ditumbuhkan. Faktor eksternal ini adalah soal market size atau addressable market. Bisnis Anda akan susah untuk besar jika market size industrinya kecil. Sehingga agar bisnis mampu scale up harus dipastikan bahwa market size yang di target harus cukup besar.

Yakinlan bahwa pasti ada peluang di balik hikmah pandemi ini. Respon positif Anda sebagai pebisnis menjadi hal utama menghadapi kondisi yang tidak pasti saat ini. Terus berjuang, dan yakini bahwa Anda adalah pahlawan bagi keluarga dan orang-orang yang menggantungkan hidupnya melalui bisnis Anda. Salam Scale Up!!

This Post Has 0 Comments

Leave a Reply