Kompetisi Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) 2024 kembali menghadirkan talenta-talenta kreatif terbaik di bidang fotografi,…
Heru : Tantangan Terbesar Material Produk Alas Kaki 70% Dari Cina
Kepala BPIPI, Kementerian Perindustrian, Heru Budi Santoso, SE., MT mengungkapkan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri alas kaki nasional adalah kesiapan industri hilir (bahan dan material) yang belum memberikan kontribusi nilai tambah. Saat ini 70% bahan dan material produksi alas kaki masih impor (mayoritas dari Cina).
Dikemukakan Heru , berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi domestik dan luar negeri di sektor bahan dan material ini terus diupayakan dengan paket ekonomi yang diluncurkan. Di antaranya dua faktor utama yang menjadi fokus pemerintah, yakni menyiapkan SDM industri dan memperkuat sektor hilir (bahan dan material) industri alas kaki dengan target memperkecil ketergantungan bahan impor.
Pangsa pasar ekspor alas kaki terbesar adalah Amerika, tahun 2018 mencapai 1.4 miliar USD (27% pangsa pasar ekspor) dari total ekspor 5.1 miliar USD. Perlu diketahui sejak tahun 2016, untuk mendorong ekspor dan investasi dari Eropa, pemerintah terus berupaya melakukan negosiasi dengan Uni Eropa melalui perjanjian IEU – CEPA yang saat ini sudah memasuki negosiasi putaran ke-7 , harapannya akan semakin membuka peluang produksi nasional dapat diterima di Eropa. Pesaing produk persepatuan Indonesia, menurut Heru adalah Vietnam yang paling progresif kinerja industri alas kakinya. Secara global, Indonesia tahun 2018 berkontribusi pada market share ekspor (4.6%), Vietnam mendekati 5% dan di atasnya ada India (10.2%) dan China (57.5%). Daya kompetitif Vietnam terus meningkat seiring kemudahan investasi negara tersebut dalam menarik investasi masuk di industri domestik. ” Industri persepatuan Indonesia , perlukah diadvokasi untuk menangkal serbuan produk asing . Tentu sangat diperlukan sesuai amanah , pemerintah punya tugas menyiapkan SDM , infrastruktur industri dan penumbuhan wirausaha baru,” ujar Heru ,Senin kepada BB di Bandung. Heru juga mengulas masalah program revitalisasi sebagai bagian dari strategi memperbaiki struktur industri dalam negeri. Isu utama dari strategi ini adalah penguatan struktur industri nasional dari hulu hingga hilir yang dalam jangka waktu panjang akan menaikan nilai tambah industri. Kebijakan reviltalisasi Kementerian Perindustrian menyasar pada seluruh sektor manufaktur termasuk alas kaki, bertujuan untuk meremajakan mesin/teknologi produksi berusia lebih dari 20 tahun agar lebih produktif dan efisien. Indikator utama program ini adalah meningkatnya produktifitas, efisiensi dan penyerapan tenaga kerja baru. Untuk industri alas kaki harapannya mampu mencapai indikator tersebut.
Program revitalisasi sebagai salah satu implementasi kebijakan industri nasional jangka panjang (2035 Indonesia sebagai industri yang tangguh) dengan payung hukum Perpres nomor 28 Tahun 2008 ,diperkuat UU nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Sejak tahun 2007 – 2015, program revitalisasi industri yang di inisiasi Kementerian Perindustrian ini mampu memberikan stimulus investasi lebih dari 15 triliun lebih dengan kenaikan produktifitas 6-9%, serapan tenaga kerja total sebanyak 241.000. Setelah 8 tahun, berdasarkan hasil evaluasi, lanjut Heru , fokus restrukturisasi mesin dan alat dinilai sudah mencukupi, namun anggaran revitalisasi tetap di anggarkan dengan dengan prioritas industri tertentu . Dikemukakan Heru , pada tahun 2019, Kemenperin menganggarkan lebih dari Rp 1.1 triliun untuk program revitalisasi dan penumbuhan industri. Tahun 2018 dan 2019 fokus program revitalisasi tetap dilanjutkan khususnya untuk IKM dan SMK (mempersiapkan SDM industri)
Strategi kebijakan revitalisasi industri yang selama ini fokus pada industri manufaktur, secara bertahap melakukan “shifting” pada revitalisasi kelembagaan pendidikan dan pelatihan dan penyiapan SDM. Khusus industri alas kaki, program revitalisasi akan fokus pada penyiapan SDM melalui revitalisasi lembaga pendidikan dan pelatihan termasuk SMK.
Ditegaskan kembali Heru Budi Santoso, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri alas kaki nasional adalah kesiapan industri hilir (bahan dan material). Saat ini 70% bahan dan material produksi alas kaki diimpor mayoritas dari Cina.
”Pemerintah berupaya memperkuat sektor hilir (bahan dan material) indust alas kaki dengan memperkecil ketergantungan pada impor , selain mempersiapkan SDM,” tambah Heru.
This Post Has 0 Comments