Kompetisi Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC) 2024 kembali menghadirkan talenta-talenta kreatif terbaik di bidang fotografi,…
Penguatan Ekosistem Industri Alas Kaki Melalui Program Kemitraan BPIPI
Secara global industri alas kaki mengalami tantangan akibat dampak pandemi covid19. Kinerja produksi alas kaki dunia tahun 2020 mencapai 20,4 milyar pasang. Indonesia masih menempati 4 (empat) besar produksi terbesar secara global. Tahun 2019, meskipun pandemi Indonesia berhasil memproduksi 1,03 milyar pasang.
Konsumsi alas kaki secara global masih di kuasai oleh China, dengan kontribusi 20.8% di tahun 2020. Dampak pandemi ini juga berpengaruh pada konsumsi alas kaki domes Tahun 2020, konsumsi alas kaki Indonesia di angka 821 juta pasang berada di peringkat 4 besar dunia.
Kinerja ekspor secara global juga tertekan karena terganggunya pasokan bahan dan material. China sebagai negara eksportir terbesar dunia mengalami penurunan 2,5% ekspor alas kaki dari 9,5 milyar pasang menjadi 7,4 milyar pasang. Tahun 2020, Indonesia masih berada di peringkat 3 dunia dengan mengekspor alas kaki sebesar 366 juta pasang keseluruh dunia.
Dinamika dan perubahan landscape persaingan industri alas kaki global harus di tangkap sebagai peluang bagi Indonesia untuk menguatkan kembali industri hulu bahan dan material lokal agar mempunyai daya tahan lebih saat terjadi pandemi seperti saat ini. Penguatan rantai pasok dibagian hulu hingga hilir ditujukan mendukung industri alas kaki domestik terus di dorong dengan strategi penguatan ekosistem industri alas kaki domestik melalui program- program kemitraan yang secara nasional. Termasuk diperlukan strategi memperkuat industri- industri hulu bahan dan material agar bisa mendukung produksi lokal yang saat ini banyak di motori oleh merk-merk lokal alas kaki yang tumbuh pesat dalam 1 (satu) dekade terakhir.
Melihat kinerja industri alas kaki tahun 2021 di masa pendemi ini, patut di apresiasi karena masih mampu bertahan. Pertumbuhan industri alas kaki semester 1 tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 2,4% dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang masih minus di angka 4,5%. Kontribusi industri alas kaki kepada PDB di semester 1 tahun 2021 juga menunjukkan angka positif di angka Rp. 13,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp. 13,5 triliun.
Untuk kinerja investasi, terdapat fenomena menarik dengan turunnya produksi alas kaki di China, Vietnam dan Indonesia menjadi tujuan utama alternatif produksi dunia. Tahun 2020 semester 1 nilai investasi asing (PMA) USD 90,9 milyar, naik menjadi USD 187,5 milyar di periode yang sama tahun 2021. Dukungan iklim investasi yang semakin baik diharapkan di tahun 2022 kapasitas produksi naik secara signifikan.
Kinerja ekspor dan impor alas kaki nasional mengalami surplus. Nilai ekspor alas kaki nasional meningkat, meskipun secara global market share Indonesia turun. Nilai ekspor alas kaki mengalami kenaikan, data pada semester 1 tahun 2020 nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 2,49 milyar, naik ke angka USD 2,85 milyar di periode yang sama tahun 2021. Untuk kinerja impor, tahun 2019 impor alas kaki mencapai nilai USD 873 juta dan turun di tahun 2020 senilai USD 617 juta. Sedangkan di Semester 1 tahun 2021 impor alas kaki mencapai nilai USD 349 juta.
Menganalisa dinamika industri global dan domestik khususnya alas kaki, maka peluang industri alas kaki dalam negeri masih sangat potensial terutama pasar ekspor dan terganggunya pasokan rantai pasok bahan selama pandemi dapat dijadikan momentum bagi tumbuhnya industri komponen, bahan dan material alas kaki bisa tumbuh lebih baik dengan memasok kebutuhan industri alas kaki. Di sisi industri hilir (bahan baku) dengan naiknya kebutuhan domestik diharapkan mampu memenuhi subtitusi kebutuhan bahan baku alas kaki baik secara kualitas dan harga sehingga daya saing industri hulu lebih baik dari sebelumnya.
Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia, Ditjen IKMA, Kementerian Perindustrian melihat fenomena di atas sebagai momentum menguatkan kembali ekosistem industri alas kaki melalui program kemitraan industri. Manfaat strategi kemitraan dalam hal ini IKM alas kaki dengan industri besar alas kaki dan sebaliknya memberikan manfaat pada kepastian pasar, kepastian harga, kepastian produksi dan keberlanjutan bisnis ditengah ketidakpastian akibat pandemi.
Program Kemitraan telah di amanahkan di UU No.3 tahun 2014 tentang Perindustrian dan Peraturan Pemerintah No 29 tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri. Dimana salah satu peran penting BPIPI adalah dengan memberikan fasilitas pada pengembangan, penguatan keterkaitan dan hubungan kemitraan industri kecil, menengah dan besar dengan prinsip saling menguntungkan.
Melalui kegiatan Temu Pelanggan, peran BPIPI dalam memberikan fasilitasi kemitraan di sektor industri alas kaki adalah dengan mempertemukan potensi supply dan demand. Kemitraan ini juga memberikan kesempatan bagi IKM, industri besar alas kaki, industri bahan dan material, vendor produksi dan merk lokal untuk memperkenalkan kemampuan, kapasitas produksi, kebutuhan dan kualitas produk dan layanan kepada pelaku industri lainnya.
Selama pandemi ini, muncul semangat lokalisme dan optimisme pasar yang tinggi di industri alas kaki domestik. Terganggunya rantai pasok global dan dampak pandemi memberikan semangat baru bagi merk-merk lokal untuk melakukan perubahan dan terobosan agar tetap tumbuh di situasi pasar saat ini.
Kedepan, peluang kemitraan sektor industri alas kaki semakin besar. Dengan jumlah industri alas kaki lebih dari 18.657 unit usaha (termasuk industri kecil, menengah dan besar) dan serapan tenaga kerja 247.843 jiwa, maka peluang menaikkan nilai tambah industri melalui program penguatan kemitraan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan produksi berorientasi ekspor sekaligus menaikkan konsumsi dalam negeri. Terima kasih
Sumber data
- World Footwear Yearbook 2021, APICCAP
- Peta Potensi Industri Alas Kaki, BP
- IndoAnalisis – Industri Alas Kaki Semester 1 2021.
This Post Has 0 Comments