skip to Main Content

SUPLEMEN MERACIK WINNING FORMULA UNTUK BISNIS IKM

Masih membahas tentang bagaimana strategi (scale-up) bisnis di era disrupsi menjadi tantangan bagi IKM alas kaki untuk bisa bertahan dan bahkan menyalip di tikungan. Pasti banyak pertanyaan yang muncul dikalangan pelaku industri saat ini, apakah bisnis yang sedang Anda jalani ini sulit untuk di tingkatkan level nya?. Ya, pertanyaan ini wajar terjadi, maka pada diskusi pada artikel GEMA edisi sebelumnya, penting bagi kita memahami bagaimana melatih respon positif terhadap perubahan yang mempengaruhi bisnis dan lingkungan. Itulah yang dimanakan dan harus kita pahami sebagai mind set. Setiap bisnis itu pasti unik, maka dari itu untuk urusan (scale-up), masing-masing IKM atau pelaku industri apapun sektornya harus mampu menemukan caranya sendiri untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Disinilah pentingnya menemukan dan meracik ramuan sendiri untuk menjadi pemenang.

Seperti yang kita pahami bersama, bahwa IKM mempunyai daya tahan yang sudah teruji. Krisis ekonomi tahun 1997, Indonesia salah satunya diselamatkan oleh kekuatan IKM dalam menghadapi badai ekonomi tersebut. Tahun 2008, krisis keuangan global juga berdampak pada ekonomi Indonesia. Sekali lagi IKM masih mampu memberikan kontribusi positif untuk ekonomi nasional. Tahun 2019, dimana terjadi era triple disrupsi sekaligus yaitu digitalisasi, pandemi dan pengaruh gen-z ini membuktikan bahwa ada formula unik yang dimiliki oleh IKM untuk mampu terus bertahan dan menang dalam perubahan telah banyak di adopsi dan berkembang dengan pesat

Kajian BPS tahun 2020 menunjukkan bahwa 3 kendala utama IKM di Indonesia saat ini 29,3% ada pada aspek permodalan, 21,1% pada aspek pemasaran dan 20,7% kendala pada bahan baku. Data ini akan menarik jika diulas lebih dalam. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah Apakah benar kendala utama IKM itu ada pada modal semata?. Dari fenomena krisis keuangan dan ekonomi tahun 1997, 2008 dan 2019, terbukti industri menengah besar-lah yang paling rentan terkena imbas krisis tersebut. Artinya perusahaan yang mempunyai kredit bank dan lembaga keuangan yang paling rentan jatuh.

Jika kita sandingkan dengan temuan Sabry Suby - Leading Australian Internet Market tahun 2017, bahwa memang satu-satunya alasan bisnis jatuh adalah “kurangnya modal”, dengan kata lain kurangnya kinerja penjualan dan minimnya pendapatan, sedangkan 80% perang dalam bisnis adalah soal penjualan dan pemasaran. Jadi jika kompetisi pada penjualan dan pemasaran dapat dimenangkan, setidaknya 80 % masalah bisnis bisa terselesaikan.

Sebelum menyusun winning formula strategy bisnis, apa yang bisa kita petik informasi dari kedua data di atas?. Bahwa memang modal menjadi kendala utama IKM, namun fakta dibalik pemodalan itu ialah bentuk akumulasi permasalahan IKM seperti penjualan, bahan baku, tenaga kerja dan kendala teknis lainnya yang menjadi pemicu belum terselesaikannya masalah IKM oleh kebijakan pemerintah. Lalu apa masalah utama bagi IKM kita saat ini? asimetris informasi. Asimetris informasi pada bisnis adalah situasi ketika di mana salah satu pihak dalam transaksi memiliki lebih banyak atau lebih baik informasi dibandingkan pihak lain. Hal Ini sering terjadi ketika penjual atau produsen memiliki lebih banyak pengetahuan tentang produk atau layanan yang mereka tawarkan dibandingkan dengan pembeli atau konsumen. Kita akan bahas masalah asimetris informasi pada bisnis ini pada artikel GEMA berikutnya.

Jadi apa saja yang harus kita siapkan dalam menyusun winning formula?. Winning formula adalah soal bagaimana kita cerdas dalam merespon perubahan. Ketika posisi Anda saat ini adalah pengusaha pemula yang akan melakukan (scale-up) maka dalam menyusun formula maka mulailah melakukan smart up. Contoh kasus, dalam situasi disrupsi ini anda membuat produk yang lebih terjangkau. Katakanlah penawarannya “Beli produk sandal kulit dapatkan perawatan gratis satu bulan” Penawaran ini bisa dikatakan sebagai formula, ketika Anda tawarkan kepada orang lain, maka dia beli. Ditawarkan ke orang lain, dia juga membeli dan ditawarkan kepada banyak orang, semakin banyak yang membeli. Maka penawaran tadi kita sebut formula. Jadi syaratnya winning formula adalah repeatable, maka resep ampuh tersebut akan membuat jualan Anda laris manis.

Dalam buku Scale Up (Afrig Waseso dan Alfan Robbani) terdapat 4 langkah menyusun winning formula (1) menemukan winning audience; (2) meramu winning product ; (3) mendapatkan winning promotion; (4) membuat winning conversation process. Langkah-langkah tersebut juga bisa disebut sebagai fitur/syarat bahwa formula bisnis Anda repeatable.

Menguatkan temuan tersebut di atas, dalam riset yang dilakukan oleh Afrig Waseso dan Alfan Robbani, dari 12 kasus (scale-up) bisnis terdapat 20 kelebihan produk baru, pasti ada 20% produk yang mempunyai 4 fitur/ syarat tersebut di atas yang menyebabkan pasar mau membeli produk Anda. Dari 20 tipe pelanggan Anda, pasti ada 20% tipe pelanggan yang paling sering membeli. Dan dari 20 tema promosi yang dibuat, pasti ada 20% tema promosi yang viral dan berkontribusi besar pada penjualan. Menurut Afrig Waseso dan Alfan Robbani “Intinya, ada beberapa hal yang kalau kita lakukan efeknya jauh lebih signifikan dibanding yang lain. Intinya Apa sebenarnya yang paling berpengaruh?”.

Jadi, meracik winning formula bisnis adalah didasarkan pada data dan riset yang mendalam. Dengan data dan informasi yang cukup, Anda sebagai Chef di dapur bisa membuat menu racikan yang sedap dan laku pastinya. Selamat mencoba.

 

Alfiyan Darojat

en_USEN